Mengenal Kurikulum Berbasis Cinta dari Kemenag
Pendidikan di Indonesia sedang memasuki babak baru. Kementerian Agama (Kemenag) meluncurkan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) — sebuah terobosan yang menempatkan nilai kasih sayang dan empati sebagai jantung dari proses belajar mengajar.
KBC bukanlah kurikulum yang menggantikan kurikulum nasional seperti Merdeka Belajar, melainkan jiwa yang menghidupkan seluruh kegiatan pendidikan agar lebih manusiawi, damai, dan bermakna.
Apa Itu Kurikulum Berbasis Cinta (KBC)?
Menurut Kemenag, KBC adalah pendekatan pendidikan yang menumbuhkan
nilai cinta terhadap Tuhan, sesama manusia, ilmu, dan lingkungan.
Kemenag menyebut bahwa pendidikan seharusnya “tidak menghajar, tapi mengajar; tidak membidik, tapi mendidik”.
Artinya, guru, siswa, dan orang tua sama-sama menjadi bagian dari ekosistem cinta:
- Guru mengajar dengan cinta,
- Siswa belajar dengan cinta,
- Orang tua mendampingi dengan cinta.
Kemenag menegaskan bahwa KBC berakar dari mahabbah lillah
(kecintaan kepada Tuhan), yang memancar menjadi cinta kepada manusia dan alam
semesta.
Tujuan utamanya adalah menghadirkan pendidikan Islam yang damai, inklusif, dan relevan dengan tantangan zaman.
Beberapa tujuan utama KBC antara lain:
- Menumbuhkan empati, toleransi, dan kepedulian sosial.
- Memperkuat karakter spiritual siswa.
- Mengembalikan pendidikan sebagai proses memanusiakan manusia.
- Membentuk generasi yang cerdas sekaligus berakhlak mulia.
KBC berdiri di atas lima pilar cinta yang saling berkaitan:
- Cinta kepada Tuhan
- Cinta kepada Sesama
- Cinta kepada Ilmu
- Cinta kepada Lingkungan
- Cinta kepada Tanah Air
Bagaimana Implementasi KBC di Sekolah dan Madrasah?
Kemenag mulai menguji coba KBC di sekitar 50 madrasah di
Indonesia melalui program INOVASI Fase 3.
Setiap madrasah diberi ruang untuk menyesuaikan nilai cinta ke dalam pelajaran, kegiatan sosial, dan budaya sekolah.
Beberapa contoh penerapan:
- Pelajaran berbasis proyek kasih, seperti kegiatan sosial dan kebersihan lingkungan.
- Refleksi harian berupa doa, dzikir, atau ucapan syukur.
- Kelas ramah anak: komunikasi tanpa kekerasan, penghargaan tanpa kompetisi berlebihan.
- Penilaian berbasis refleksi, bukan sekadar angka, melainkan seberapa jauh siswa tumbuh dalam karakter dan kasih sayang.
Meski disambut positif, penerapan KBC tidak lepas dari
tantangan.
Kemenag menyebut perlunya:
- Pelatihan guru agar bisa mengajar dengan cinta, bukan hanya menyampaikan materi.
- Indikator penilaian yang mampu mengukur perkembangan spiritual dan afektif siswa.
- Komitmen semua pihak — sekolah, guru, orang tua — agar nilai cinta benar-benar hidup dalam keseharian, bukan sekadar slogan.
Namun, jika diterapkan dengan sungguh-sungguh, KBC diyakini
mampu membentuk generasi Indonesia yang cerdas, berakhlak, dan penuh kasih.
Penutup: Pendidikan yang Menyentuh Hati
Kurikulum Berbasis Cinta adalah upaya Kemenag membumikan
nilai kasih sayang dalam pendidikan.
Ia mengajak guru, siswa, dan masyarakat untuk melihat sekolah bukan sekadar tempat belajar, tetapi taman kasih tempat setiap anak tumbuh dengan bahagia dan bermakna.
Sebagaimana disampaikan Kemenag:
0 Post a Comment:
Posting Komentar