Kamis, 30 Oktober 2025

Al-Khwarizmi: Sang Bapak Matematika yang Mengubah Dunia dengan Algoritma


Tahukah kamu, setiap kali kita menghitung dengan kalkulator, menggunakan komputer, atau bahkan sekadar mengetik di ponsel, kita sedang menikmati hasil karya seorang jenius dari abad ke-9 bernama Al-Khwarizmi?

Nama beliau mungkin terdengar kuno, tapi tanpa pemikiran brilian darinya, dunia teknologi dan ilmu pengetahuan tidak akan seperti sekarang. Mari kita kenali lebih dekat sosok luar biasa ini!

Siapa Sebenarnya Al-Khwarizmi?

Nama lengkapnya adalah Muhammad ibn Musa Al-Khwarizmi. Ia lahir sekitar tahun 780 Masehi di Khwarizm (sekarang dikenal sebagai Khiva, Uzbekistan).

Al-Khwarizmi hidup pada masa keemasan Islam di bawah kekhalifahan Abbasiyah, tepatnya di Baghdad, yang saat itu menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia.

Di kota inilah, Al-Khwarizmi bekerja di Bayt al-Hikmah (Rumah Kebijaksanaan) — semacam universitas dan pusat riset paling terkenal pada masanya. Di sana, ia mempelajari, menerjemahkan, dan mengembangkan ilmu dari berbagai bangsa: Yunani, India, Persia, hingga Romawi.

Karya-Karya Besar Al-Khwarizmi

Al-Khwarizmi bukan sekadar ilmuwan biasa. Ia adalah pelopor banyak cabang ilmu, terutama matematika, astronomi, dan geografi.

Berikut beberapa karya monumentalnya yang mengubah sejarah:

1. Al-Kitab al-Mukhtasar fi Hisab al-Jabr wal-Muqabala

Inilah karya paling fenomenal Al-Khwarizmi!

Dari buku inilah muncul istilah “Aljabar” (dari kata Al-Jabr).

Dalam buku ini, ia memperkenalkan cara sistematis menyelesaikan persamaan linear dan kuadrat — sesuatu yang menjadi dasar bagi matematika modern. 

2. Kitab al-Jam’ wal-Tafriq bi Hisab al-Hind

Buku ini memperkenalkan angka Hindu-Arab (0,1,2,3, dst.) ke dunia Barat.

Istilah “Algorithm” yang kita kenal sekarang berasal dari nama Al-Khwarizmi sendiri — dari kata Latin Algoritmi, adaptasi dari namanya.

Bayangkan, setiap kali kamu mendengar kata “algoritma”, itu sebenarnya adalah penghormatan terhadap beliau!

3. Karya di Bidang Astronomi dan Geografi

Al-Khwarizmi juga menulis tabel astronomi dan peta bumi pertama yang cukup akurat untuk ukuran zamannya.

Ia bahkan membantu menentukan arah kiblat bagi umat Islam di berbagai belahan dunia dengan perhitungan ilmiah — luar biasa, bukan?

Pengaruh Al-Khwarizmi Terhadap Dunia

Karya-karya Al-Khwarizmi diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12 dan menjadi pondasi utama perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa.

Buku-bukunya menjadi referensi utama di universitas-universitas selama berabad-abad.

Tanpa jasanya, mungkin kita tidak akan mengenal komputer, internet, atau bahkan kalkulus seperti sekarang.

Bahkan tokoh besar seperti Leonardo Fibonacci (pencipta deret Fibonacci) dan ilmuwan Renaisans lainnya banyak terinspirasi oleh karya Al-Khwarizmi.

Nilai-Nilai yang Bisa Kita Petik

Dari sosok Al-Khwarizmi, kita bisa belajar banyak hal:

  • Rasa ingin tahu tanpa batas — ia selalu mencari tahu “mengapa” dan “bagaimana” segala sesuatu bekerja.
  • Cinta pada ilmu — meskipun hidup di zaman yang penuh keterbatasan, semangatnya untuk belajar dan meneliti tak pernah padam.
  • Dampak jangka panjang dari pengetahuan — karya-karyanya membuktikan bahwa ilmu yang bermanfaat akan terus hidup, bahkan ribuan tahun kemudian.

Warisan Sang Jenius

Hingga kini, nama Al-Khwarizmi masih dikenang di berbagai bidang:

  • Nama “Algorithm” diambil dari namanya.
  • Kata “Algebra” berasal dari judul bukunya.
  • Banyak universitas, lembaga riset, hingga planet minor di tata surya yang dinamai untuk menghormatinya.

Bahkan, setiap kali komputer menjalankan sebuah perintah logika, sebenarnya itu adalah “roh” dari pemikiran Al-Khwarizmi yang masih hidup di zaman digital.

Penutup: Dari Padang Pasir ke Dunia Digital

Siapa sangka, seorang ilmuwan dari padang pasir Asia Tengah bisa menjadi fondasi teknologi modern yang kita gunakan setiap hari?

Al-Khwarizmi membuktikan bahwa pengetahuan tak mengenal batas waktu maupun tempat.

Ia adalah simbol bahwa ilmu bisa mengubah dunia — asalkan kita mau berpikir, belajar, dan berbagi manfaat.

"Ilmu adalah warisan yang tak pernah habis, dan Al-Khwarizmi adalah bukti hidupnya."

Jumat, 08 Desember 2017

Tokoh Perintis Ilmu Sosiologi

Azwa Grafis | Salam sobat setia pengunjung Azwa Grafis, kali ini saya akan membagikan informasi mengenai tokoh-tokoh yang menjadi perintis dari ilmu sosiologi. Oke langsung saja berikut ini adalah para tokoh yang berperan dalam adanya ilmu sosiologi.

1. Auguste Comte (1798 - 1857)

Tokoh sosiologi ini mendapat julukan sebagai bapak Sosiologi. Salah satu sumbangan pemikirannya terhadap sosiologi adalah tentang hukum kemajuan kebudayaan masyarakat yang dibagi menjadi tiga zaman yaitu : pertama, zaman teologis adalah zaman di mana masyarakatnya mempunyai kepercayaan magis, percaya pada roh, jimat serta agama, dunia bergerak menuju alam baka, menuju kepemujaan terhadap nenek moyang, menuju ke sebuah dunia di mana orang mati mengatur orang hidup. Kedua, zaman metafisika yaitu masa masyarakat di mana pemikiran manusia masih terbelenggu oleh konsep filosofis yang abstrak dan universal. Ketiga, zaman positivis yaitu masa di mana segala penjelasan gejala sosial maupun alam dilakukan dengna mengacu pada deskripsi ilmiah (hukum-hukum ilmiah).

Karena memperkenalkan metode positivis maka Comte dianggap sebagai perintis positivisme. Ciri-ciri metode positivis adalah objek yang dikaji berupa fakta, bermanfaat, dan mengarah pada kepastian serta kecermatan. Sumbangan pemikiran yang juga penting adalah pemikiran tentang agama baru yaitu agama humanitas yang mendasarkan pada kemanusiaan. Menurut Comte, intelektualitas yang dibangun menusia harus berdasarkan pada sebuah moralitas. Bagi Comte, kesejahteraan, kebahagiaan dan kemajuan sosial tergantung pada perkembangan perasaan altruistik serta pelaksanaan tugas meningkatkan kemanusiaan sehingga masyarakat yang tertib, maju, dan modern dapat terwujud. Tetapi agama humanistas ini belum sempat dikhotbahkan oleh Comte sebagai agama baru bagi masyarakat dunia karena pada tahun 1957, Comte meninggal dunia.

2. Karl Marx (1818 - 1883)

Lahir di Jerman pada tahun 1818 dari kalangan keluarga rohaniawan Yahudi. Pada tahun 1841 mengakhiri studinya di Universitas Berlin. Karena pergaulannya dengan orang-orang yang dianggap radikal terpaksa mengurungkan niat untuk menjadi pengajar di Universitas dan menerjunkan diri ke kancah politik.

Sumbangan utama Marx bagi sosiologi terletak pada teorinya mengenai kelas sosial yang tertuang dalam tulisannya yang berjudul The Communist Manifest yang ditulis bersama Friedrich Engels. Marx berpandangan bahwa sejarah masyarakat manusia merupakan sejarah perjuangan kelas. Menurut Marx perkembangan pembagian kerja dalam kapitalisme menumbuhkan dua kelas yang berbeda, yaitu kelas borjuis (majikan) terdiri dari orang-orang yang menguasai alat produksi dan kelas proletar (buruh) yang tidak memiliki alat produksi dan modal sehingga menjadi kelas yang dieksploitasi oleh kelas borjuis (majikan). Menurut Marx, suatu saat kelas proletar akan menyadari kepentingan bersama dengan melakukan pemberontakan dan menciptakan masyarakat tanpa kelas. Meskipun ramalan Marx tidak pernah terwujud tetapi pemikiran tentang stratifikasi dan konflik sosial tetap berpengaruh terhadap pemikiran perkembangan sosiologi khususnya terkait dengan kapitalisme.

3. Emile Durkheim (1858 - 1917)

Merupakan seorang ilmuan yang sangat produktif. Karya utamanya antara lain Rulles of The Sociological Method, The Division of Labour in Society, Suicide, Moral Education, dan The Elementary Forms of The Religious Life. Durkheim melihat bahwa setiap masyarakat menusia memerlukan solidaritas dengna membedakan dua tipe solidaritas yang didasarkan pada persamaan dan biasanya ditemua pada masyarakat sederhana dan solidaritas yaitu solidaritas mekanis yang merupakan tipe solidaritas yang didasarkan pada persamaan dan biasanya ditemua pada masyarakat sederhana dan solidaritas organis yaitu ditandai dengan adanya saling ketergantungan antarindividu atau kelompok lain, masyarakat tidak lagi memenuhi semua kebutuhannya sendiri. Lambat laun pembagian kerja dalam masyarakat (munculnya digerensiasi, spesialisasi) semakin berkembang sehingga solidaritas mekanis berubah menjadi solidaritas organis. Pada masyarakat dengan solidaritas organis masing-masing anggota masyarakat tidak lagi dapat memenuhi semua kebutuhannya sendiri melainkan ditandai oleh saling keterantungan yang besar dengan orang atau kelompok lain. Solidaritas organis merupakan suatu sistem terpadu yang terdiri atas bagian-bagian yang saling bergantung seperti bagian-bagian sutu organisme biologis. Berbeda dengan solidaritas mekanis yang didasarkan pada hati nurani kolektif maka solidaritas organis didasarkan pada akal dan hukum.

Dalam pengembangan selanjutnya, Durkheim menggunakan lima metode untuk mempelajari sosiologi, yaitu :
  1. Sosiologi harus bersifat ilmiah, di mana fenomena-fenomena sosial harus dipelajari secara objektif dan menunjukkan sifat kausalitasnya.
  2. Sosiologi harus memperlihatkan karakteristik sendiri yang berbeda dengan ilmu-ilmu lain.
  3. Menjelaskan kenormalan patologi.
  4. Menjelaskan masalah sosial secara "sosial" pula.
  5. Mempergunakan metode kemparatif secara sistematis. Metode tersebut telah diterapkan dalam sebuah penelitian tentang gejala bunuh diri yang melanda masyarakat Eropa saat itu dengan judul "Suicide".
4. Max Weber (1864 - 1920)

Max Weber lahir di Erfurt pada tahun 1864. Menyelesaikan studi di bidang hukum, ekonomi, sejarah, filsafat, teologi dan mengajar disiplin ilmu-ilmu tersebut di berbagai universitas di Jerman. Serta terus-menerus menyebarluaskan terbentuknya ilmu sosiologi yang saat itu masih berusia muda.

Karya penting dari Weber berjudul The Protestant Ethic dan The Spirit of Capitalism yang berisi hubungan antara Etika Protestan dalam hal ini Sekte Kalvinisme dengan munculnya perkembangan kapitalisme. Menurut Weber, ajaran Kalvanisme mengharuskan umatnya untuk bekerja keras dengan harapan dapat menuntun mereka ke surga dengan syarat bahwa keuntungan dari hasil kerja keras tidak boleh untuk berfoya-foya atau bentuk konsumsi lainnya. Hidup sederhana dan melarang segala bentuk kemewahan menjadikan para penganut agama ini semakin makmur karena keuntungan yang dihasilkan ditanamkan kembali menjadi modal. Dari sinilah menurut Weber kepitalisme di Eropa berkembang pesat.

Itulah 4 Tokoh penting perintis terbentuknya ilmu sosiologi, semoga bisa bermanfaat. Jangan lupa share ya!!!

Sabtu, 26 November 2016

Ir. SOEKARNO

Ir. Soekarno atau yang biasa dikenal dengan sebutan Bung Karno lahir di Surabaya, Jawa Timur pada tanggal 06 Juni 1901 dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dengan Ida Ayu Nyoman Rai.

Ayah Soekarno adalah seorang guru. Raden Soekemi bertemu dengan Ida Ayu ketika dia mengajar di Sekolah Dasar Pribumi Singaraja, Bali.

Soekarno hanya menghabiskan sedikit masa kecilnya orang tuanya hingga akhirnya dia tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur. Soekarno pertama kali sekolah di Tulung Agung hingga akhirnya dia ikut kedua orang tuanya pindah ke Mojokerto.

Di Mojokerto ayahnya memasukkan Soekarno ke Eerste Inlandse School. Di tahun 1911, Soekarno dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS) untuk memudahkannya diterima di Hoogere Burger School (HBS).

Setelah lulus pada tahun 1915, Soekarno melanjutkan pendidikannya di HBS, Surabaya, Jawa Timur. Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para tokoh dari Sarekat Islam, organisasi yang kala itu di pimpin oleh HOS Tjokroaminoto yang juga memberi tumpangan ketika Soekarno tinggal di Surabaya.

Dari sinilah, rasa nasionalisme dari dalam diri Soekarno terus menggelora. Di tahun berikutnya, Soekarno mulai aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Darmo yang dibentuk sebagai organisasi dari Budi Utomo. Nama organisasi tersebut kemudian Soekarno ganti menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) pada 1918.

Di tahun 1920 seusai tamat dari HBS, Soekarno melanjutkan studinya ke Technische Hoge School (sekarang berganti nama menjadi Institut Teknologi Bandung) di Bandung dan mengambil jurusan Teknik Sipil.

Saat bersekolah di Bandung, Soekarno tinggal di kediaman Haji Sanusi yang merupakan anggota Sarekat Islam dan sahabat karib Tjokroaminoto. Melalui Haji Sanusi, Soekarno berinteraksi dengan Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij.

Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung yang diinspirasi dari Indonesische Studie Club (dipimpin oleh Dr Soetomo). Algemene Studie Club merupakan cikal bakal berdirinya Partai Nasional Indonesia pada tahun 1927.

Bulan Desember 1929, Soekarno ditangkap oleh Belanda dan dipenjara di penjara Banceuy karena aktivitasnya di PNI. Pada tahun 1930, Soekarno dipindahkan ke penjara Sukamiskin. Dari dalam penjara inilah, Soekarno membuat pledoi yang fenomenal, Indonesia menggugat.

Soekarno dibebaskan pada tanggal 31 Desember 1931. Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dari PNI.

Soekarno kembali ditangkap oleh Belanda pada bulan Agustus 1933 dan diasingkan ke Flores. Karena jauhnya tempat pengasingan, Soekarno hampir dilupkan oleh tokoh-tokoh nasional lainnya.

Namun semangat Soekarno tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang Guru Persatuan Islam bernama Ahmad Hasan. Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu. Soekarno baru benar-benar bebas setelah masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.

Di awal kependudukannya, Jepang tidak terlalu memperhatikan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia hingga akhirnya sekitar tahun 1943 Jepang menyadari betapa pentingnya para tokoh ini. Jepang mulai memanfaatkan tokoh pergerakan Indonesia dimana salah satunya adalah Soekarno untuk menarik perhatian penduduk Indonesia terhadap propaganda Jepang.

Akhirnya tokoh-tokoh nasional ini mulai bekerjasama dengan pemerintah pendudukan Jepang untuk dapat mencapai kemerdekaan Indonesia, meski ada pula yang tetap melakukan gerakan perlawanan seperti Sutan Sjahrir dan Amir Sjarifuddin karena menganggap Jepang adalah fasis yang berbahaya.

Soekarno sendiri mulai aktif mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, di antaranya adalah merumuskan Pancasila, UUD 1945 dan dasar-dasar pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan naskah proklamasi kemerdekaan.

Pada bulan Agustus 1945, Soekarno diundang oleh Marsekal Terauchi, pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara ke Dalat, Vietnam. Marsekal Terauchi menyatakan bahwa sudah saatnya Indonesia merdeda dan segala urusan proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah tanggung jawab rakyat Indonesia sendiri.

Setelah menemui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945. Para tokoh pemuda dari PETA menuntut agar Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, karena pada saat itu di Indonesia terjadi kevakuman kekuasaan.

Ini disebabkan karena Jepang telah menyerah dan pasukan Sekutu belum tiba. Namun Soekarno, Hatta dan beberapa tokoh lainnya menolak tuntutan ini dengan alasan menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang.

Pada akhirnya, Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional lainnya mulai mempersiapkan diri menjelang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Berdasarkan sidang yang diadakan oleh Badan Penyelidikan Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) panitia kecil untuk upacara proklamasi yang terdiri dari delapan orang resmi dibentuk.

Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Teks proklamasi secara langsung dibacakan oleh Soekarno yang semenjak pagi telah memenuhi halaman rumahnya di Jl. Pegangsaan Timur 56, Jakarta.

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta dikukuhkan oleh KNIP.

Kemerdekaan yang telah didapatkan ini tidak langsung bisa dinikmati karena di tahun-tahun berikutnya masih ada sekutu yang secara terang-terangan tidak mengakui kemerdekaan Indonesia dan bahkan berusaha untuk kembali menjajah Indonesia.

Gencatan senjata dari pihak sekutu tak lantas membuat rakyat Indonesia menyerah, seperti yang terjadi di Surabaya ketika pasukan Belanda yang dipimpin oleh Brigadir Jendral A.W.S Mallaby berusaha untuk kembali menyerang Indonesia.

Rakyat Indonesia di Surabaya dengan gigihnya terus berjuang untuk tetap mempertahankan kemerdekaan hingga akhirnya Brigadir Jendral A.W.S Mallaby tewas dan pemerintah Belanda menarik pasukannya kembali. Perang seperti ini tidak hanya terjadi di Surabaya tapi juga hampir di setiap kota.

Republik Indonesia secara resmi mengadukan agresi militer Belanda ke PBB karena agresi militer tersebut dinilai telah melanggar suatu perjanjian Internasional, yaitu Persetujuan Linggarjati.

Walaupun telah dilaporkan ke PBB, Belanda tetap saja melakukan agresinya. Atas permintaan India dan Australia, pada 31 Juli 1947 masalah agresi militer yang dilancarkan Belanda dimasukkan ke dalam agenda rapat Dewan Keamanan PBB, di mana kemudian dikeluarkan Resolusi No 27 tanggal 1 Agustus 1947, yang isinya menyerukan agar konflik bersenjata dihentikan.

Atas tekanan Dewan Keamanan PBB, pada tanggal 15 Agustus 1847, Pemerintah Belanda akhirnya menyatakan akan menerima resolusi Dewan Kemanan untuk menghentikan pertempuran.

Pada 17 Agustus 1947, Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Belanda menerima Resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan gencatan senjata dan pada 25 Agustus 1947 Dewan Keamanan membentuk suatu komite yang akan menjadi penengah konflik antara Indonesia dan Belanda.

Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah Belanda menyebutkan sebagai Penyerahan Kedaulatan), Presiden Soekarno kembali diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta diangkat sebagi perdana menteri RIS.

Karena tuntutan dari seluruh rakyat Indonesai yang ingin kembali ke negara kesatuan, maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali diubah menjadi Republik Indonesia dimana Ir. Soekarno menjadi Presiden dan Mohammad Hatta menjadi wakilnya.

Pemberontakan G30S/PKI melahirkan krisis politik hebat di Indonesia. Massa dari KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia) melakukan aksi demonstrasi dan menyampaikan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang salah satu isinya meminta agar PKI dibubarkan.

Namun Soekarno menolak untuk membubarkan PKI karena menilai bahwa tindakan tersebut bertentangan dengan pandangan Nasakom (Nasionalisme, Agama, Komunisme).

Sikap Soekarno yang menolak membubarkan PKI kemudian melemahkan posisinya dalam politik. Lima bulan kemudian, dikeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang ditandatangani oleh Soekarno dimana isinya merupakan perintah kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan yang perlu guna menjaga keamanan pemerintahan dan keselamatan pribadi presiden.

Surat tersebut lalu digunakan oleh Soeharto yang telah diangkat menjadi Panglima Angkatan Darat untuk membubarkan PKI dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang. MPRS pun mengeluarkan dua Ketetapannya, yaitu TAP No IX/1966 tentang pengukuhan Supersemar menjadi TAP MPRS dan TAP No XV/1966 yang memberikan jaminan kepada Soeharto sebagai pemegang Supersemar untuk setiap saat bisa menjadi presiden apabila presiden sebelumnya berhalangan.

Pada 22 Juni 1966, Soekarno membacakan pidato pertanggungjawabannya mengenai sikapnya terhadap peristiwa G30S. Pidato pertanggungjawaban ini ditolak oleh MPRS hingga akhirnya pada 20 Februari 1967 Soekarno menandatangani Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di Istana Merdeka.

Hari Minggu, 21 Juni 1970 Presiden Soekarno meninggal dunia di RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) Gatot Subroto, Jakarta. Presiden Soekarno disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan kemudian dimakamkan di Blitar, Jawa Timur berdekatan dengan makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah kemudian menetapkan masa berkabung selama tujuh hari.

Ir. Soekarno adalah seorang sosok pahlawan yang sejati. Dia tidak hanya diakui berjasa bagi bangsanya sendiri tapi juga memberikan pengabdiannya untuk kedamaian di dunia. Semua sepakat bahwa Ir. Soekarno adalah seorang manusia yang tidak biasa yang belum tentu dilahirkan kembali dalam waktu satu abad. Ir. Soekarno adalah bapak bangsa yang tidak akan tergantikan.

Diketik ulang dari http://profil.merdeka.com/indonesia/s/soekarno/

Selasa, 08 November 2016

KI HAJAR DEWANTARA

Ada kisah menarik tentang nama Ki Hajar Dewantara. Pada waktu kecil dia diberi nama R.M. Suwardi yang lahir dari pasangan K.P.A. Suryaningrat dan R.A. SAndiah. Pangeran Suryaningrat yang masih keturunan Sultan Hamengku Buwono II ini memang mendambakan anak laki-laki. Akan tetapi dia agak kecewa saat melihat kondisi fisik bayi Suwardi. Beratnya kurang dari 3 kg, perutnya buncit dan suara tangisnya terlalu lembut untuk bayi lelaki.

Melihat ini, Pangeran yang humoris ini lantas memberi paraban (nama olok-olok), Jemblung (buncit). Nama ini ditambahi oleh  sahabat Pangeran Suryaningrat, Kyai Soleman, pengasuh pondok pesantren di Prambanan, dengan nama Trunogati. Akan tetapi, berlainan dengan ayahnya, Kyai Soleman lebih dalam melihat aura bayi ini. Menurutnya, Suwardi yang lembut justru nanti akan didengar orang di seluruh negeri. Sementara perut buncitnya memberi firasat kelak ia akan menyerap dan mencerna ilmu yang banyak. Bahkan setelah dewasa ia akan menjadi orang penting (truno = pemuda, wigati = penting). Oleh kalangan terdekatnya, Suwardi kecil lebih populer dengan Jemblung Joyo Trunogati alias Denmas Jemblung. Dan terbukti, Suwardi tumbuh menjdai pemuda dengan watak dan kepribadian yang dikenal orang di kemudian hari. Sahabat setianya, E.F. Eugene Douwes Dekker melukiskan pribadinya sebagai berikut, ...di dalam tubuhnya yang lemah itu bersemayamlah daya kemauan keras yang selalu dimenangkannya setiap kali ia memperjuangkan sesuatu... . Yang unik justru bagaimana dia mengganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara. Sebelum Taman Siswa berdiri, Suwardi membentuk semacam kelompok diskusi yang beranggotakan totoh-tokoh politik, budayawan, dan filsuf. Forum diskusi Selasa Kliwonan (karena diadakan setiap hari/malam Selasa Kliwon) ini dipimpin Ki Ageng Suryomentaram, adik Sri Sultan Hamengku Buwono VII. Rupanya kemamuan Suwardi dalam hal ilmu keguruan dan pendidikan amat menonjol. Suatu hari R.M. Sutatmo Suryakusumo (anggota Volksraad/Boedi Oetomo) yang memimpin diskusi dengan spontan mengubah kebiasaannya memanggil Suwardi dengan sebutan Ki Ajar.

Cara ini kemudian diikuti oleh teman-teman lainnya. Ketika itu Suwardi menerima julukan tersebut sebagai karakter semata. Enam tahun kemudian, 23 Februari 1928, Suwardi secara resmi berganti nama Ki Hajar Dewantara. Bernard H.M. Viekke, penulis buku Geschiedenis van de Indischen Archiepel (1947), memberi interpretasi nama itu, seorang guru yang berhasil menanamkan paham sinkretisme kepercayaan-kepercayaan di Jawa zaman dulu.

Sejak saat akhir hidup sampai wafatnya, Ki Hajar Dewantara mendapat penghormatan dan penghargaan (Redja Mudyahardjo, 2001:294), yaitu sebagai berikut.


  • Ditetapkan Pemerintah R.I sebagai perintis kemerdekaan pada tanggal 8 Maret 1955.
  • Mendapat gelar Doktor Honoris Causa dalam ilmu kebudayaan dari Universitas Gajah Mada pada tanggal 19 Desember 1956.
  • Diangkat sebagai Perwira Tinggi Anumetra dengan pemakaman negara secara militer pada waktu wafatnya, 26 April 1959.
  • Diangkat oleh Presiden R.I sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 28 November 1959.
  • Pemerintah R.I menetapkan hari kelahiran Ki Hajar Dewantara, 2 Mei sebagai hari Pendidikan Nasional, pada tanggal 16 Desember 1959.
  • Presiden R.I menganugerahkan Bintang Mahaputera I kepada Ki Hajar Dewantara, pada tanggal 17 Agustus 1960.
  • Mendapat anugerah bintang Satya Lencana Kemerdekaan dari Pemerintah R.I pada tanggal 20 Mei 1961.
  • Diangkat oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) sebagai Ketua Kehormatan PWI pada tanggal 28 April 1959.


Sumber : Konsep Pendidikan, Oleh : Eka Prihatin, Elin Rosalin, Taufani C.K. & Cepi Triatna, PT Karsa Mandiri Persada Jl. Pasirwangi No. 7 Bandung 49254 Tahun 2008